Pages

Banner 468 x 60px

 

Minggu, 14 Januari 2018

Sisa Hartaku

0 komentar

Merapi, gunung api paling aktif di Indonesia itu sudah lama hidup di dalam angan. Namun, sama sekali tak pernah mengira suatu saat akan ku jelajahi dengan sebuah Jeep. Sebuah ekspedisi yang menembus ketahanan fisik dan mental.

Wisata jeep Merapi ini menyediakan perjalanan ke gunung Merapi, untuk melihat Merapi dari jarak kurang lebih 500 meter serta mengunjungi situs-situs sejarah yang ada di sana. Untuk sampai di sana kami harus melewati jalan yang berkerikil, curam, dan sangat berdebu. Debu ini bukan berasal dari polusi asap kendaraan melainkan dari sisa-sisa abu vulkanik.

Erupsi gunung Merapi 2010 yang lalu meninggalkan kesan yang begitu mendalam bagi warga lereng Merapi yang menjadi korbannya. Peristiwa tersebut telah membuat banyak kerugian secara ekonomi khususnya bagi masyrakat Dusun Petung, Kelurahan Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dusun yang hanya berjarak 3 Km dari puncak Merapi. Semua rumah di daerah tersebut hancur tersapu awan panas, termasuk rumah Watinem dan keluarganya. Setahun pasca erupsi salah satu anak dari Watinem mencoba mengumpulkan sisa-sisa harta mereka yang rusak akibat letusan gunung Merapi, yang bertujuan untuk mengenang peristiwa sejarah erupsi gunung Merapi dan kedahsyatan awan panas wedhus gembel. Setelah sisa-sisa harta yang terkumpul cukup banyak dan mampu menarik banyak pengunjung, rumah Sriyanto tersebut disulap menjadi Museum sederhana yang dikenal dengan nama Museum Sisa Hartaku. Di dalam rumah tersebut tersimpan koleksi yang cukup lengkap. Mulai dari bekas botol yang meleleh, tabung gas, dokumen-dokumen, peralatan rumah tangga, gelas, piring, uang logam yang meleleh, sendok yang meleleh, komputer, televisi yang juga meleleh, serta pakaian-pakaian yang sudah hangus sebagian. Di bagian depan museum juga terpampang motor dan sepeda yang hangus terkena awan panas. Masih di area depan, terdapat dua buah kerangka sapi milik Watinem dan anaknya yang mati terkena awan panas.

Secara administrasi Desa Kepuharjo terletak di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman dengan batas sebelah utara yaitu Taman Nasional Gunung Merapi, sebelah selatan yaitu Desa Wukirsari, sebelah barat dengan Desa Umbulharjo, serta sebelah timur dengan Desa Glagaharjo. Lokasi Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut Ibu Kota Sleman yang memiliki aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain di sekitarnya oleh jalur jalan raya. Wilayah Desa Kepuharjo secara geografis berada di koordinat 7º46’48”07º40’42.7”LS - 07043’00.9”LS dan 110027’59.9”BT -110028’51.4”BT. Dilihat dari tofografi, ketinggian wilayah Kepuharjo berada pada 600 - 1200 meter dari permukaan air laut dengan curah hujan rata-rata 2500 mm tiap tahunnya dengan suhu rata-rata 16-17º C. Desa Kepuharjo dilalui Sungai Gendol yang berbatasan dengan Desa Glagaharjo.

Peristiwa erupsi gunung Merapi pada tahun 2010 telah membuat jalanan rusak parah dan dipenuhi oleh pasir, sehingga membuat sulit untuk dilalui oleh kendaraan. Kerusakan diperparah oleh aktivitas penambangan yang melibatkan kendaraan berat. Lalu Lalang kendaraan berat yang membawa pasir dan batu vulkanik dalam jumlah besar dan waktu yang lama telah memberikan kontribusi terkikisnya aspal jalan. Saat hujan turun jalanan menjadi licin dan cukup berbahaya jika dilalui oleh kendaraan yang tidak dalam kondisi prima serta pengendara yang tidak berpengalaman. Oleh karena itu, diinisiasi dengan penyediaan kendaraan Jeep untuk kepentingan wisata.

Secara umum masyarakat Desa Kepuharjo mengandalkan hidup dari sektor pertanian, peternakan, wiraswasta dan PNS. Wilayah Desa Kepuharjo terdiri dari 8 pendukuhan yaitu Kaliadem, Jambu, Petung, Kopeng, Batur, Pagerjurang, Kepuh, dan Manggong. Pemetaan perekonomian masyarakat berubah setelah peristiwa erupsi dahsyat tahun 2010. Jumlah pemukiman yang tidak terlalu banyak menjadi berkurang drastis yang disebabkan oleh bencana awan panas wedhus gembel. Bangunan perumahan dan fasilitas umum terbakar hingga hanya menyisakan puing-puing. Untuk itulah, dibutuhkan bantuan untuk masyarakat khususnya di Dusun Petung guna menghidupkan kembali dinamika sosial ekonomi warga. Salah satu usaha yang telah dimulai adalah pembukaan area bencana menjadi sebuah kawasan wisata. Para warga di beberapa dusun di Kelurahan Kepuharjo telah merancang perjalanan wisata melalui paket perjalanan Merapi menggunakan transportasi mobil jeep. Paket yang disediakan terdiri dari 3 kelas, yaitu short trip, medium trip, dan long trip. Masing-masing paket dibedakan oleh waktu kunjungan, jarak tempuh, dan titik-titik pemberhentian. Museum Sisa Hartaku telah dipilih sebagai titik pemberhentian dari ketiga paket yang disediakan, namun waktu yang dialokasikan cukup minim. Pengunjung tidak dikenai biaya retribusi secara langsung, pengelola akan mendapatkan bagian dari paket perjalanan yang dipilih pengunjung. Bagi pengunjung yang datang secara mandiri disediakan kotak sumbangan suka rela untuk diisi.

Rupanya peristiwa pahit meletusnya gunung Merapi waktu itu, tak membuat warga gentar untuk membuka kembali jalan perekonomiannya, sesuai dengan prinsip “banyak jalan menuju Roma” maka usaha apapun dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu buktinya adalah museum Sisa Hartaku yang saat ini memiliki potensi sebagai tujuan wisata bersejarah yang harus dijaga dan dikelola dengan baik.






0 komentar:

Posting Komentar

 
Jurnalis Muda © DKP (Mala) - 2018