Pages

Banner 468 x 60px

 

Rabu, 02 Mei 2018

Stereotip Gender dalam Pemilihan Profesi

0 komentar
Gender merupakan perbedaan peran, perilaku, karakteristik emosional, dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan sosial dan budaya masyarakat setempat yang diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Lebih spesifiknya gender adalah perbedaan anatara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak, tanggung jawab, dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai sosial, budaya dan adat istiadat dari kelompok masyarakat yang dapat berubah menurut waktu serta kondisi setempat. Orang-orang sering kali mengartikan bahwa gender itu adalah jenis kelamin yang merupakan bagian biologis dalam hal alat reproduksi laki-laki dan perempuan. Pengertian tersebut adalah salah. Istilah gender itu digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan yang ditentukan oleh sosial dan budaya masyarakat. Jadi, intinya istilah gender itu menyangkut aturan sosial yang berkaitan dengan perbedaan laki-laki dan perempuan. Berbicara mengenai gender khususnya mengenai pandangan terhadap perbedaan peran laki-laki dan perempuan perlu kita kritisi. Mengetahui pembedaan ini sangat penting, sebab kita seringkali mencampur adukan ciri-ciri manusia yang bersifat kodrati dan yang bukan kodrati (gender). Mengetahui perbedaan dalam peran gender akan sangat membantu kita untuk memikirkan kembali tentang pembagian peran yang dianggap telah melekat pada diri perempuan dan laki-laki. Sedemikian rupanya perbedaan gender ini tidak kita sadari ternyata sudah melekat pada cara pandang kita, sehingga kita lupa seakan-akan hal itu merupakan suatu yang permanen dan abdi yang tidak bisa diubah sama sekali.

Peran atau tingkah laku yang dibentuk di masyarakat mengharuskan perempuan itu bersifat lemah lembut, sabar, teliti, penyayang, suka merias diri dan lain sebagainya. Sedangkan laki-laki harus kuat, rasional, wibawa, perkasa, dan lain sebagainya. Bahkan dalam hal warna pakaian pun ada aturannya, misalnya laki-laki identik memakai baju dengan warna-warna yang gelap sedangkan perempuan identik memakai baju dengan warna-warna yang terang seperti warna pink. Pandangan masyarakat yang seperti itu dapat disebut dengan stereotip gender. Stereotip gender merupakan pandangan yang menetapkan laki-laki itu harus maskulin sedangkan perempuan harus feminin. Jika keluar dari aturan tersebut akan dianggap menyimpang oleh masyarakat.

Stereotip gender juga ditemui dalam dunia kerja, hingga muncul pandangan tentang kelompok pekerjaan yang harus digeluti oleh laki-laki dan kelompok pekerjaan yang harus digeluti oleh perempuan. Keterampilan, minat, dan bakat setiap individu tentunya berbeda-beda. Seseorang akan merasa lebih baik jika ia dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan minat, bakat, dan keinginannya sendiri. Namun akibat adanya stereotip akan menimbulkan kerugian bagi setiap individu. Misalnya, bila laki-laki bekerja di bidang yang didominasi oleh perempuan contohnya jadi pekerja salon kecantikan atau perawat rata-rata masyarakat menganggap pekerjaan tersebut tidaklah pantas untuk laki-laki dan dianggap menyimpang sebab pekerjaan tersebut membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang dianggap hanya pantas dilakukan oleh perempuan. Hingga akhirnya bila laki-laki tetap bekerja di bidang tersebut munculah kata banci, kemayu, ngondek yang dilontarkan kepada mereka. Kata-kata banci, ngondek, dan kemayu tentunya bukanlah kata-kata yang baik, sebab hal tersebut merupakan penghinaan yang akan membuat tersinggung, sakit hati, bahkan minder. Pada akhirnya mereka tidak bisa melakukan pekerjaan yang sesuai dengan bakat mereka karena adanya pelabelan negatif tersebut. Hal tersebut tidak hanya terjadi pada laki-laki pada perempuan juga demikian. Mereka dianggap tidak pantas jika melakukan pekerjaan yang seharusnya dilakukan oleh laki-laki. Padahal banyak perempuan yang memiliki kemampuan seperti laki-laki dan memiliki cita-cita untuk bekerja di jenis pekerjaan yang didominasi oleh laki-laki seperti menjadi teknisi atau programmer, anggota militer, pemain sepak bola, pengusaha dan lain-lain. Adanya stereotip gender ini seolah-olah membatasi dalam hal berpikir, bertindak, bahkan berpendapat. Padahal tidak ada salahnya jika perempuan memiliki kemampuan yang biasa dilakukan oleh laki-laki dan juga lelaki bekerja di bidang yang didominasi oleh perempuan. Seharusnya masyarakat tidak membeda-bedakan pekerjaan berdasarkan gender, melainkan bisa memandang suatu pekerjaan berdasarkan keterampilan atau kemampuan yang dimiliki. Adanya stereotip gender ini selain dapat merugikan setiap orang juga dapat menimbulkan pembunuhan karakter. Maka dari itu diharapkan pemerintah dapat memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkait pemahaman tentang gender.

Belajar tentang gender itu penting. Memang ketika berbicara tentang gender sering disangkutpautkan dengan permasalahan-permasalahan yang menimpa perempuan terutama kenyataan tentang dominasi laki-laki terhadap perempuan akibat bentukan sosial dan budaya. Oleh karena itu, tuntutanya adalah kesetaraan gender. Jadi, tidak heran kesetaraan gender banyak diperbincangkan dan diperjuangkan oleh kaum perempuan. Kesetaraan gender merupakan kesamaan memperlakukan perempuan dan laki-laki untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan pertahanan dan keamanan nasional, serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidakadilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Kesetaraan gender ini bukan berarti laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki kekuatan fisik yang sama, akan tetapi dalam hal melakukan pekerjaan baik laki-laki ataupun perempuan disesuaikan dengan kriteria tertentu. Kriteria yang dimaksud berupa penentu apakah pekerjaan itu dapat dilakukan oleh kedua belah pihak atau tidak.

Jadi, belajar tentang gender itu tidak hanya berbicara tentang perempuan saja. Mempelajari gender adalah mencakup belajar tentang feminitas dan maskulinitas. Dalam kehiupan sehari-hari bukan hanya perempuan saja yang mengalami ketidakadilan. Anak-anak juga banyak yang mengalami ketidakadilan kemudian laki-laki juga pasti pernah mengalami ketidakadilan gender. Maka dari itu belajar tentang gender ini berusaha untuk memahami peran-peran dan hak asasi manusia yang harus dipahami dan dihormati untuk menuju kesetaraan hidup yang adil. Karena setiap manusia mempunyai hak untuk hidup lebih baik.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Jurnalis Muda © DKP (Mala) - 2018