Pages

Banner 468 x 60px

 

Kamis, 10 Mei 2018

Bekasi dengan Transportasi Kelompok Lokal dan Kelompok Metropolitan

0 komentar
Penyebaran populasi manusia di wilayah perkotaan tidak dilakukan secara meluas atau acak, tetapi melihat kepada bentuk-bentuk kelompok ketetanggan. Penyebaran ini pun dilihat dari kemajuan teknologi yang makin lama makin berkembang dengan pesat. Teknologi juga diciptakan untuk mempermudah segala aktivitas-aktivitas manusia yang dilakukan sehari-hari. Umumnya pada masyarakat perkotaan dikenal dengan istilah kelompok berkarakter metropolitan, masyarakat luar perkotaan dikenal dengan masyarakat berkarakter lokal. Tetapi terdapat istilah lain yang memiliki tempat di keduanya, yaitu perbatasan. Masyarakat itu yang menempati wilayah perbatasan antara kota dengan desa (kabupaten).

Perlu dipahami bahwa kemajuan teknologi pada masyarakat berkarakter lokal dan metropolitan tidak terlepas dari penggunaan layanan publik, terutama layanan transportasi yang disediakan pemerintah. Bekasi merupakan daerah dengan masyarakat pertengahan yang memiliki karakter keduanya, yaitu lokal dan metropolitan. Ini terlihat dari jarak geografis di bawah lapisan elit perkotaan tedapat satu lapisan atau kelas menengah. Bekasi juga merupakan kawasan yang memiliki jumlah populasi yang cenderung besar. Berbagai jasa pelayanan publik transportasi bisa dijumpai di kota ini. Baik penduduk asli atau lama yang menetap atau penduduk pendatang atau baru sejak diterbitkan jasa transportasi online, setiap pengendara yang memiliki persyaratan sesuai dengan yang diajukan perusahaan-perusahaan pelayanan trasnportasi online, mereka berlomba untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. Mereka memanfaatkan sejumlah peluang yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya.

Jasa transportasi online merupakan salah satu hal yang dapat mempermudah kelompok-kelompok lokal dan metropolitan di kota ini. Perusahaan-perusahaan seperti Gojek, Grab, atau Taksi online berkembang dengan pesat, khususnya di kota dan Kabupaten Bekasi. Jasa transportasi ini memang memberikan fitur-fitur yang mudah digunakan, seperti mudah untuk memesannya, serta harga yang terjangkau walaupun akses perjalanan jauh yang ditawarkan penumpang. Terlebih lagi dengan berbagai profesi yang dimiliki masyarakat kota Bekasi yang mayoritas akan bekerja di luar kota – Jakarta khususnya. Perjalanan dari rumah menuju terminal bis atau stasiun kereta mungkin saja memiliki akses yang cukup jauh. Jika kita membandingkan dengan jasa transportasi konvensional tentu akan melelahkan. Hal ini karena akses perjalanan menuju stasiun atau terminal kota tidak selalu menggunakan angkutan umum sekali naik, tetapi bisa dua atau tiga kali naik untuk sekali perjalanan – pergi bagi mereka yang memiliki rumah yang jauh dengan dua tempat tersebut.

Bukan hanya memikirkan kelebihan yang dimiliki jasa transportasi online, tetapi sejak perusahaan-perusahaan ini memunculkan kemudahannya, banyak terdapat pemicu konflik. Konflik- konflik ini tercipta dari ketidaksetujuan atau penolakan transportasi konvensional yang mulai kurang peminatnya. Pertentangan antara jasa transportasi online dan konvensional pun mengarah ke tindak kekerasan. Berbeda hal dengan wilayah Kabupaten Bekasi-Cikarang, ada beberapa dari sopir jasa transportasi online ini tidak menerima permintaan penumpang. Alasannya, karena masih terdapat sopir ojek konvensional yang mengancam dan berbuat kasar kepada transportasi online tersebut. Sudah banyak konflik yang mewarnai tempat tersebut. Aksi demo sepihak dengan pembakaran ban di jalan, memblokade jalan, bahkan razia paksa bagi sopir jasa transportasi online sering terjadi. Hingga mengakibatkan ketakutan bagi pengguna dua transportasi ini , baik konvensional maupun online.

Menurut para pemilik transportasi konvensional, pendapatan berkurang seiring meningkatnya popularitas jasa transportasi online. Berbagai demo dan aksi mogok kerja yang dilakukan para sopir angkutan umum membuat warga merasa ketakutan. Walaupun sekarang ini di wilayah Bekasi, khususnya Kota Bekasi sudah menjadi hak setiap pengendara ojek online untuk menggunakan atribut. Artinya, pemerintah kota sudah memberikan kebebasan untuk mereka menggunakan atribut dari perusahaannya masing-masing, berupa jaket atau helm yang sudah menjadi ciri khasnya. Aksi yang kadang merugikan tersebut, berasal dari perbedaan pemahaman antara kedua pihak. Dengan begitu, pemerintah dinas perhubungan melakukan penyamarataan tarif yang hampir sama dengan taksi atau angkutan konvensional. Hal ini akan berdampak pada jasa angkutan konvensional. Setelah adanya jasa transportasi online konsumen sudah berpaling secara cepat karena jaminan kenyamanan dan murah. Lalu, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru. Secara tidak langsung konsumen akan memilih kenyamanan walaupun mahal. Hal ini karena faktor keselamatan yang ipilih tiap konsumen. Dengan begitu, peminatan terhadap jasa transportasi konvensional akan semakin berkurang karena pada kenyataannya jaminan-jaminan yang diharapkan konsumen tidak didapatkan secara maksimal. Apalagi banyak pelaku angkutan umum yang tidak berkendara dengan baik.

Jika dilihat dari perbedaan yang terdapat dari kedua jasa transportasi ini, mayoritas masyarakat yang menetap dan berkunjung ke Bekasi lebih memilih jasa transportasi online. Bukan berarti jasa transportasi konvensiaonal seperti angkutan umum (angkot), ojek, becak, dan yang lainnya tidak diminati, melainkan transportasi konvensional mempunyai peminatnya tersendiri. Misalnya saja, untuk masyarakat yang tidak begitu memahami teknologi dengan fasih – masyarakat lanjut usia, mereka akan lebih tertarik dengan jasa angkutan umum. Terutama untuk para pedagang rumahan yang sebagian besar berada pada masyarakat konvensional, mereka akan lebih memilih untuk menggunakan ojek konvensional atau angkutan umum. Hal ini karena salah satunya, karena mereka merupakan kelompok yang kurang memahami teknologi, terlebih untuk menggunakan jasa tranportasi online.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Jurnalis Muda © DKP (Mala) - 2018