Pages

Banner 468 x 60px

 

Kamis, 26 April 2018

Pengalaman Berkesan di Pangandaran

0 komentar

 
Koleksi Pribadi
Debur ombak memecah kesunyian di malam itu bak sebuah hidangan untuk menyambut kedatangan kami di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, setelah menempuh perjalanan lebih kurang 5 jam. Perjalanan kami dilakukan dalam rangka mengisi kekosongan waktu sebelum dilaksanakannya kegiatan penutupan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Mandalawangi, Salopa. Kami memutuskan untuk berwisata ke salah satu pantai yang sudah banyak dikunjungi wisatawan asing maupun lokal yang berlokasi di daerah Pangandaran.

Setelah tiba di Pangandaran, malam harinya terlebih dahulu kami mencari penginapan untuk satu hari satu malam. Kami beristirahat di salah satu penginapan yang berlokasi di Pantai Barat. Di sana kami menemui banyak keluarga satu universitas yang kebetulan mereka juga mengisi kekosongan waktu kegiatan KKN untuk berwisata di Pangandaran.

Disela-sela waktu yang ada, kami saling bertukar pendapat atau bermusyawarah untuk menentukan tempat mana saja dan wahana apa saja yang akan kami kunjungi esok hari. Kami menyesuaikan tempat dan wahana yang diinginkan dengan bujet yang telah disiapkan. Setelah semuanya selesai, kami pergi ke kamar masing-masing untuk beristirahat yang cukup agar esok tidak bangun terlalu siang.

Keesokan paginya, kami langsung mengunjungi pantai yang tak jauh dari penginapan. Di pantai tersebut kami mengabadikannya dengan mengambil beberapa foto diiringi dengan canda tawa dan senda gurau dari teman-teman. Kebahagiaan kami tak luput disuguhi dengan mentari pagi yang menyejukkan hati. Selain itu, para nelayan pun sudah mulai mendorong perahunya ke tengah laut dengan kobaran asa yang meluap-luap hanya untuk mendapatkan sebagian rezeki dari yang Maha Pemurah, yang telah menyebarkannya ke lautan.
Koleksi Pribadi
Kami isi perut yang sudah mulai keroncongan dengan sarapan sederhana. Mungkin karena kurang matangnya persiapan, untuk sarapan pun kami merasa kesulitan sehingga harus bolak-balik kesana-kemari hanya untuk mengisi perut yang kosong dengan makanan. Setelah sekian lama mencari, akhirnya kami menemukan tempat makan di Pantai Timur. Bersantaplah kami di tempat tersebut dengan lahapnya.

Kami tengadah melihat mentari yang mulai tak malu menunjukkan teriknya. Kami pun bergegas mengunjungi salah satu wisata yang akan menyesal jika tidak dikunjung. Tempatnya pun masih terbilang sederhana dan asri dengan hamparan pasir putih cukup luas yang ditumbuhi pepohonan rindang dengan monyet-monyet yang menempatinya. Selain itu, tidak jauh dari bibir pantainya pun kini telah disuguhi dengan kapal yang tak lama ini sengaja diledakkan oleh Menteri Kelautan karena merupakan sebuah kapal yang beroperasi secara ilegal. Walaupun sudah diledakkan, bangkai kapal tersebut masih tetap bagus untuk diambil gambarnya. Sehingga banyak sekali pengunjung yang mengabadikan panorama laut yang tersaji dengan memanfaatkan bangkai kapal tersebut latar belakangnya. Pantai tersebut diberi nama Pantai Pasir Putih.
Koleksi Pribadi

Pantai Pasir Putih merupakan salah satu pantai yang bisa dikatakan sebagai pantai yang paling banyak diminati oleh pengunjung. Di lokasi ini, terumbu karangnya masih terjaga, sehingga pengelola pantai memanfaatkannya dengan menyewakan alat-alat menyelam bagi mereka yang ingin melihat pemandangan di dalam laut. Jika pengunjung ingin berenang, tentunya diperbolehkan karena dasar pantainya landai. Pengelola pantai pun menyediakan pelampung untuk disewakan kepada pengunjung.

Pantai Pasir Putih dapat disinggahi menggunakan dua alternatif, yaitu berjalan kaki dan menaiki perahu yang disediakan oleh pengelola pantai. Pada saat itu, kami sepakat untuk mencoba menggunakan perahu agar sampai di Pantai Pasir Putih. Tarif yang ditawarkan oleh penyedia jasa pun cukup terjangkau. Sehingga dengan mudah kami dapat menyetujuinya.
Koleksi Pribadi

Puas berenang di Pantai Pasir Putih, kami memutuskan untuk kembali dan berpindah ke tempat lain. Tidak jauh dari Pantai Pasir Putih, ada wahana atau permainan yang menarik untuk dicoba. Wahana yang disediakan oleh pengelola pantai sejenis banana boat. Sebelum menaikinya, kami dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok mencoba wahana yang berbeda. Kami mencoba wahana bergantian. Tak lupa kami mengenakan pelampung, meskipun kami memutuskan untuk tidak dilempar atau dijatuhkan di tengah laut. Oleh pengendali boat kami diajak keliling lautan dengan jarak yang cukup jauh dari bibir pantai. Pada awalnya kami dibawa dengan kecepatan atau kendali yang sedang, namun lama kelamaan kecepatan pun mulai meningkat, sontak kami pun menjerit ketakutan. Ketakutan tersebut disertai tawa dari teman-teman yang ikut merasakan atau menaiki wahana pada saat itu. Pengendali boat seakan-akan tidak menghiraukan reaksi kami terhadap sesuatu yang ia lakukan. Dia hanya tersenyum dan tertawa lepas seraya memegang alat kendali.

Menaiki wahana semacam banana boat merupakan pengalaman pertama bagi sebagian orang dalam kelompok kami. Bahkan, ada seorang teman kami yang trauma terhadap air laut. Sehingga sesaat setelah turun dari wahana, tubuhnya merasa kesakitan dan kami pun mencoba untuk menenangkannya.

Di bawah terik matahari, angin menderu kencang. Namun, sejuk air laut menggulung terpecah di bibir pantai. Sebelum pulang ke penginapan untuk membersihkan diri dan bersitirahat, kami menulusuri pinggir pantai dengan berjalan kaki. Melesat melintasi pasir pantai putih dan mulus yang sesekali disapu ombak, di sana kami sungguh merasakan kedamaian serta jauh dari beban-benan pikiran yang selama ini sering menyelimuti. Di sini, tak ada satu orang pun yang berwajah muram. Semua orang tertawa lebar disertai semilir angin yang mampu memberikan kesejukan dan rasa damai. Semua orang merasakan kebahagiaan di tempat indah yang telah Tuhan ciptakan ini. Letih karena perjalanan yang memakan waktu cukup lama pun terbayar lunas dengan keindahan panorama pantai yang ada di Pangandaran.

Perjalanan kami untuk mengunjungi tempat wisata dan mencoba wahana yang ada di Pantai Pangandaran rupanya sudah menghabiskan waktu sebanyak 5 jam. Kami pun memutuskan untuk membersihkan diri dan kembali ke penginapan menggunakan mobil yang digunakan untuk berwisata. Setelah itu, kami membereskan barang bawaan karena sudah waktunya untuk meninggalkan penginapan dan kembali ke Salopa karena besok hari kami sudah harus menjalankan aktivitas kembali.

Kami tak sempat untuk melihat sunset di Pantai Pangandaran karena waktu yang terbatas. Namun, rasanya belum puas berwisata ke Pangandaran jika tak menikmati santapan lautnya. Oleh sebab itu, sebelum kembali ke Salopa kami menyempatkan diri untuk mampir ke salah satu restoran yang cukup terkenal di Pangandaran dengan tujuan mengisi perut yang sudah mengetahui saatnya makan siang. Hidangan seafood pun kami pesan dan santap dengan lahap.

Kulit yang berubah menjadi hitam tak masalah bagi kami. Dari perjalanan ini kami pun belajar bahwa pengalaman yang indah itu harus dicari dan diciptakan sendiri. Jika ada waktu senggang manfaatkanlah untuk me-refresh tubuh dan pikiran agar tidak letih dan penat dengan segala aktivitas yang ada.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Jurnalis Muda © DKP (Mala) - 2018